Kamis, 20 Januari 2011

Semut, Laba-Laba dan Lebah??


Dalam menghadapi dunia, anda itu semut, laba-laba, atau lebah?
Menurut Sir Francis Bacon, orang itu bisa bersikap seperti semut, laba-laba ,atau lebah.Maksudnya apa?

Semut itu terus bergerak, bekerja keras setiap hari mengambil apa saja yang ada. Hidup itu mengalir seperti sungai. Menghadapi dunia secara aktif tapi apa-adanya. Tidak ada stres nya. Pokoknya apa yang ada didepannya, apa yang diberikan oleh hidup, diambilnya, dan dibawa ke sarangnya untuk dinikmati. Mau gula, mau bangkai, ia gotong bawa pulang.

Kalau laba-laba itu terbalik. Dia banyak diam, mikir. Dia membangun dunia dari dalam dirinya. Rumahnya, penghidupannya, semua dari dalam dirinya. Ia mengeluarkan sarang laba-laba dari kelenjar dalam tubuhnya. Sarangnya rumit dan detail. Serumit jalan pikirannya. Kemudian ia pasif, diam, menunggu. Sekali-kali ada makhluk lain yang tersesat, masuk ke dalam jaringannya. Baru perlahan-lahan ia mendekati makhluk malang itu, kemudian menyantapnya. Ia memprosesnya, mencernanya. Untuk kemudian dijadikan, antara lain, kelenjar membangun sarangnya. Kemudian diam lagi, merenung, menunggu. Kalau tidak ada yang nyasar ke dalam kehidupannya, maka matilah laba-laba dengan merana. Nothing happens in its life, unless there is an accident.

Yang mengambil jalan tengah adalah lebah. Ia aktif seperti semut. Ke sana kemari. Tapi ia selektif. Ia mencari bunga yang indah. Kembang yang cantik. Madu yang harum. Kalau ketemu, ia mengitarinya dengan senang, dan mengambil tetesan madu. Lebah itu mencari kembang cantik dalam kehidupan, dan mendapatkan tetesan madu sebagai oleh-olehnya. Tidak lupa sebelum pulang ke sarang, lebah membantu sang bunga untuk mendapatkan kekasih hati mereka, jodoh mereka, melalui penyerbukan. Kemudian lebah membawa tetesan madu itu ke sarangnya. Memprosesnya. Baik untuk keperluanya maupun untuk keperluan komunitas lebah. Bahkan kitapun bisa menikmati berlimpah madu yang nikmat.Lebah itu mengambil apa yang diberikan kehidupan, memprosesnya, kemudian mengembalikannya sebagai persembahan bagi kehidupan orang lain, makhluk lain.

Jadi, anda bisa pilih. Mungkin bisa jadi resolusi di tahun yang baru ini.Mau hidup sibuk seperti semut, hidup cuek seperti laba-laba, atau hidup indahberbuahkan madu seperti lebah?


-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tiga binatang kecil menjadi nama dari tiga surah di dalam Al-Quran, yaituAl-Naml (semut), Al-’Ankabut ( laba-laba), dan Al-Nahl (lebah).

Semut menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya. Konon,binatang kecil ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun sedangkan usianya tidak lebih dari satu tahun. Kelobaannya sedemikian besar sehingga ia berusaha dan seringkali berhasil memikul sesuatu yang lebih besar dari badannya, meskipun sesuatu tersebut tidak berguna baginya. Dalam surah Al-Naml antara lain diuraikan sikap Fir’aun, juga Nabi Sulaiman yang memiliki kekuasaan yang tidak dimiliki oleh seorang manusia pun sebelum dansesudahnya. Ada juga kisah raja wanita yang berusaha menyogok Nabi Sulaiman demi mempertahankan kekuasaan yang dimilikinya.

Lain lagi uraian Al-Quran tentang laba-laba: Sarangnya adalah tempat yang paling rapuh (QS 29: 41), ia bukan tempat yang aman, apa pun yang berlindung di sana atau disergapnya akan binasa. Jangankan serangga yang tidak sejenis, jantannyapun setelah selesai berhubungan seks disergapnya untuk dimusnahkan oleh betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan. Demikianlah kata sebagian ahli. Sebuah gambaran yang sangat mengerikan dari sejenis binatang.

Akan halnya lebah, memiliki insting yang – dalam Al-Quran – “atas perintah Tuhan ia memilih gunung dan pohon-pohon sebagai tempat tinggal” (QS 16: 68), dan sarangnya dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar tidak terjadi pemborosan dalam lokasi. Yang dimakannya adalah kembang-kembang dan tidak seperti semut yang menumpuk-numpuk makanannya, lebah mengolah makanannya dan hasil olahannya adalah lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Lilin digunakan untuk penerang dan madu – kata Al-Quran – dapat menjadi obat yang menyembuhkan. Lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja, dan segala yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Lebah tidak mengganggu kecuali yangmengganggunya, bahkan sengatannya pun dapat menjadi obat.

Sikap hidup manusia seringkali dibandingkan dengan berbagai jenis binatang.Jelas ada manusia yang “berbudaya semut”, yaitu menghimpun dan menumpuk ilmu (tanpa mengolahnya) dan materi (tanpa disesuaikan dengan kebutuhannya) . Budaya semut adalah “budaya menumpuk” yang disuburkan oleh “budaya mumpung”. Tidak sedikit problem masyarakat bersumber dari budaya tersebut. pemborosan adalah anak kandung budaya ini yang mengundang hadirnya benda-benda baru yang tidak dibutuhkan dan tersingkirnya benda-benda lama yang masih cukup indah untuk dipandang dan bermanfaat untuk digunakan. Dapat dipastikan bahwa dalam masyarakat kita, banyak sekali semut yang berkeliaran.

Entah berapa banyak jumlah laba-laba yang ada di sekitar kita, yaitu mereka yang tidak lagi butuh berpikir apa, di mana, dan kapan ia makan, tetapi yang mereka pikirkan adalah “siapa yang akan mereka jadikan mangsa.”

Nabi Saw mengibaratkan seorang Mukmin sebagai lebah, sesuatu tidak merusak dan tidak pula menyakitkan: “tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat dan jika menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak pula memecahkannya.

Dapatkah kita menjadi ibarat lebah, bukan semut apalagi laba-laba?

1 komentar:

  1. saya berkunjung lagi

    sekaligus mengabarkan
    kita baru saja bertukar alamat
    ke www.civilcorner.tk

    semoga menambah reverensi anda didunia teknik sipil

    BalasHapus